Kemudian orang yang Muhsin. Muhsin itu tidak sekedar berbuat baik tapi juga memperbaiki banyak perbuatan baik yang tidak memperbaiki. Jadi usahakan kamu berbuat baik tapi juga hasilnya perbaikan kan gitu..
Banyak Berbuat baik yang tidak memperbaiki itu kan ada beberapa mungkin berlebihan, mungkin tidak pada tempatnya, itu kan tidak memperbaiki. Mau nolong orang itu berbuat baik tapi kalau cara menolongnya keliru tidak memperbaiki hasilnya mungkin mangkel orang yang ditolong, itu kan bisa.
Jadi, berbuatlah baik tapi yang memperbaiki. Ngaji kayak gini itu kan berbuat baik tapi usahakan dia memperbaiki jangan gara-gara ngaji “Pak karena Saya ngaji maka saya ndak usah salat Isya ya pak” nah itu ngak memperbaiki. “Kan ngaji penting pak” iya tapi harus tetap sholat isyak. Berbuat baik malah hasilnya defisit itu namanya, tidak boleh.
Karna saya sudah ngaji filsafat sudah ngerti filsafat boleh ngeyel diskusi. Itu bearti tidak memperbaiki..kuliah itu baik tapi hasilnya juga harus baik itu yang dimaksud memperbaiki.Kok dengan kuliah kamu malah kemlinti malah sombong nah itu tidak memperbaiki. kuliahmu tetap perbuatan baik tapi tidak memperbaiki, itu Muhsin..
Dan yang terakhir cirinya seorang wali Sufi adalah orang yang Allah selalu hadir dalam hati, ini yang berat. Menghadirkan Allah di dalam hati itu kadang shalat kan Allah enggak hadir, ya kan? kamu shalat itu lho allah ngak hadir dalam hatimu itu kan sudah berat itu kan obatnya.
Jadi padahal ngak sholatpun harusnya Allah hadir, padahal kita sholat saja allah tidak hadir. Nah itu panjang bearti perjuangan kita kan?jadi jarak kita sama Allah masih agak jauh. Jadi step demi stepnya harus berusaha beneran.
Ibnu Arabi umur 20 tahun sudah jadi sufi besar. kita sudah berumur 25 tahun masih bingung dengan diri kita sendiri. harus di perbaiki harus muhsin terus. Perbuatan kita yang baik banyak, tapi yang muhsin bisa di hitung dengan jari.
Coba di lihat! mungkin kamu ngaji juga tapi ngaji itu mukhsin ngak? jadi faktor kebaikan ngak bagi hidupmu? Mungkin ada yang rajin senin kamis tapi senin kamis itu muhsin ngak? memperbaiki hidupmu ngak atau sekedar ritual sekedar perbuatan baik selesai? itu yang.. Wali Sufi ndak..
Tidak boleh ada perbuatan baik yang sekedar selesai perbuatan baik. maka dalam Quran kan ibadah fisik itu disambungkan dengan ibadah perbaikan. salat itu ada tanha ‘anil fahsya’i wal munkar, puasa ada
lahirnya kemampuanmu untuk menahan diri, zakat lahirnya penyucian harta kerelaanmu untuk berbagi. Haji melahirkan mentalitas kebersamaan kita. Itu kan selalu ada, ada visi perbaikannya. Selama ini kita sering berhenti di berbuat baik tidak nyampe ke level perbaikan.
Dan diantara cara untuk biar jadi perbaikan itu ya hadirkan terus Allah biar kita selalu bareng dengan cahaya. Kan ayat di Suhrawardi kemarin kan? ada apa-apa ukurannya tinggal ini cahaya apa kegelapan. Kalau cahaya ayo jalan kalau gelap yo jangan.
Dan apa sih ukurannya gelap atau cahaya? Kamu sendiri yang tahu tanyakan hatimu “Tapi hati saya enggak jelas mungkin hatiku gelap pak sekarang” bearti kamu harus riyadhoh tahiyatul nafs dulu. Nah itu kan rumusnya itu kalau di sufi cuman..
Okey Alhamdulilah Ibnu Arrabi penghantar. saya harus yegaskan peghantar itu karena sebenarnya masih panjang dan luas teori-teorinya Ibnu Arrabi. Ini pengantar teorinya silakan kamu masuki satu-satu setiap isu yang tak angkat di sini itu penjelasanya panjang dan luas.
Bahkan setiap sub itu dia menjelaskan sangat panjang lebar. Dan mungkin ngak sama persis yang tak jelaskan karena itu kan nungu ilham dari Allah saya keluarnya kalau di sini itu. Entah yang keluar apa wis sak metu-metune itu bearti dari atas. Sudah tidak rasional lagi nunggu intuisi itu sudah.
SUMBER KAJIAN :
Ngaji Filsafat Dan Aqidah Islam :
YouTube MJS Channel | Masjid Jendral Sudirman Yogyakarta | Bersama Dr. Fahruddin Faiz | Website : http://mjscolombo.com/