Terhijab Cahayanya Allah Karena Sering Membanggakan Diri Ada yang lebih tinggi lagi dari keterikatan duniawi yaitu kebanggaan diri. Ini lebih halus lagi kalau ini, “saya pak sudah bebas dari dosa dan maksiat nggak mungkin saya tergoda lagi oleh dunia, dunia sudah saya kalahkan. Saya tidak terikat lagi oleh nikmat duniawi apapun jenisnya. Saya sudah mati-matian berjuang dan saya sukses betapa saya ini bangga dengan diriku karena mampu dan kuat melawan godaan dunia”. hati-hati persepsi-persepsi semacam ini bisa juga menutupi Allah.
Kalau yang awal tadi menutupi Allah cahayanya dengan dosa, yang kedua menutupi cahayanya Allah dengan keterikatan duniawi, yang ketiga ini menutupi cahayanya Allah dengan diri kita sendiri. Merasa bahwa kita mampu kita bisa hanya dengan daya kekuatan kita sendiri. Jika lupa bahwa لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ اِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ daya dan kekuatan apapun yang kita miliki untuk sukses itu hakekatnya adalah dan hanyalah anugerahnya Allah saja.
Jadi jangan tertipu oleh kebanggaan diri. Apapun sukses maupun keberhasilan termasuk keberhasilan menjernihkan, keberhasilan membersihkan kaca batin kita itu hakekatnya adalah anugerah Allah juga. Maka satu-satunya yang pantas dan layak kita lakukan adalah bersyukur alhamdulillahirobbilalamin. Nah ini hijab yang ketiga, Ego…
Ada lagi hijab yang keempat, hijab yang keempat ini salah atau sesat orientasi. kalau salah itu memang jalannya keliru, kalau sesat itu yo kayak orang tersesat. Jadi orang tersesat kadang-kadang maunya bener tapi ditengah jalan melenceng. Ini orientasinya sesat, bukan sesat kufur atau sesat yang sering kita bikin makian ke orang “Dasar sesat” tidak begitu, ndak..
Tidak sedalam itu tetapi sesaat salah orientasi itu, mungkin kita bener di atas semuanya ndak ada lagi yang mengotori kita dari dosa maksiat keterikatan kebanggaan diri, sehingga kita mulia di hadapan Allah kita menempuh jalan yang lurus. Tapi adakalanya Allah menguji kita dengan berapa kenikmatan atau kesulitan sehingga hendak sadar kita sesat orientasinya. Arahnya tidak Allah lagi. ini juga jadi hijab.. Ya saya contohkan begini..
Misalnya, Amal baik sedekah kita tekun bersedekah membantu fakir miskin membantu orang ikhlas sama sekali ndak ada pamrih apapun. Akhirnya oleh Allah rezeki kita dilipat gandakan seperti janjinya. Kita tambah kaya tambah kaya.. Nah begitu sadar bahwa Allah ini melipat gandakan hartaku karena aku rajin sedekah dengan ikhlas. Enaknya sedekah ku tak tambah lagi biar Allah lebih melipatgandakan lagi. Ini yang dalam bahasa saya sesat orientasi.
Awalnya bener sedekah dengan ikhlas. Tapi begitu oleh Allah diuji dengan kelimpahan rezeki yang lebih banyak akhirnya sesaat orientasi sekarang dia fokusnya, Gimana caranya rezekinya lebih banyak lagi. Biar Allah semakin menambah lagi, sekarang Fokusnya ke hartanya, bukan lagi ke Allahnya. Nah ini sesaat orientasi..
Mungkin kita beribadah apalah tahajud puasa senin kemis dhuha pokoknya amal ibadah kita luar biasa, sehingga oleh Allah kemudian kita diuji dengan karomah-karomah kecil. Misalnya ucapan kita lho yo, yo kok mandi. Opo boso jowone mandi? ucapan kita kok ampuh ya? kita ngomong apa itu terus kok kejadian bener. kita meramal apa, beneran begitu. Kita lihat orang itu kita seperti bisa membaca dosa-dosa yang dia lakukan, misalnya begitu..
Karena ketekunan kita mendekat ke Allah kemudian kita oleh Allah diuji dengan Karomah semacam ini. Itu kalau tidak hati-hati karomah-karomah semacam ini kemudian melahirkan tadi, kebanggaan diri atau sesaat orientasi. Sesaat orientasi itu akhirnya fokus kita pada karomah-karomah ini “Oh berarti kalau aku semakin dekat dengan Allah? ibadahku tak tambah semakin banyak ibadahnya kesaktianku mungkin tambah dalam, aku semakin bisa membaca masa depannya orang, aku semakin bisa meramal Apa yang akan terjadi, orang yang menyalahiku akan takluk dengan sendirinya.. Nah, sekarang orientasinya disini.
Karomah-karomah kelebihan-kelebihan padahal itu hakekatnya ujian dari Allah. Ini juga mengotori kaca batin kita, meskipun di level yang lebih tinggi. Ini yang dalam bahasa saya sesat orientasi. Hati-hati apakah itu dosa kemaksiatan keterikatan duniawi, atau ego kebanggaan diri, ini kan mudah dideteksi karena negatif. Tapi adang-kadang yang positif positif juga membuat kita sesat orientasi kita lupa bahwa arah kita adalah rohmatan lil’alamin dan ilaihi rojiun. Menyebarkan cahaya kesekeliling kita dan kembali kepada Allah.
SUMBER KAJIAN :
Ngaji Filsafat Dan Aqidah Islam :
YouTube MJS Channel | Masjid Jendral Sudirman Yogyakarta | Bersama Dr. Fahruddin Faiz | Website : http://mjscolombo.com/