Nama saya intan dari jombang. Yang saya mau tanyakan gus, kalau takdir sudah ditentukan kenapa masih ada pertanggung jawaban. Terima kasih sebelumnya dan mohon maaf apabila ada kata-kata yang kurang berkenan.
Kalau toh itu sudah menjadi takdir, Mengapa kok masih ada penghisapan atau pertanggung jawaban. Ini nanti tidak akan menjadi satu pertanggung jawaban manakala anda itu masuk di dalam ahad.
Oleh karena ada pertanggung jawaban inilah anda dan saya ini disebabkan karena kita itu masih menyukutukan kan Allah dengan lain. Masih ada dua tadi..
Kita nggak bisa dikatakan tidak mempertanggung jawabkan, karena apa? Karena di depan sudah dikatakan, kabar dari Allah atau perkara undang-undang dari Allah. Sudah disampaikan oleh rasul-nya atau utusannya, cuman kita sendiri yang tidak mau untuk menjalankan. Mendengarkan sama mendengarkan tetap tidak mau menjalankan.
Terus pertanyaannya Mengapa itu tadi kok ya Allah masih tetap meminta pertanggung jawaban, karena anda dan saya duduk di tahali. Merasa keakuan kita sehingga secara langsung atau tidak langsung kita sebetulnya itu telah berikrar menjadi tuhan.
خَٰدِعُونَ ٱللَّهَ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّآ أَنفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ
Yukhādi’ụnallāha wallażīna āmanụ, wa mā yakhda’ụna illā anfusahum wa mā yasy’urụn
Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.
Sebenarnya, sebenarnya pak.. kita itu memusuhi Allah. dengan bentuk mengaku-ngaku itu, yang endingnya kita tidak merasa mengaku sebagai tuhan.
Saya itu sekitar tahun sebelum tahun 2010 pak, saya sudah di undang ngaji. Ada santriku yang saya pakaikan pakaianku. Saya jadi supirnya dia yang duduk kanan pak. Pakaian saya ya sudah mirip seperti supir begitu. Percobaan kira-kira yang di hormati yang mana?
Kebetulan pas sampai tujuan, santri saya tadi yang berpakaian jubah ala kiyai, ya Allah pak di cium kesana kemari padahal baunya kecut. Nah, saya malah di dudukkan di teras pak sama sandal-sandal. Jadi malah saya menata sandal saya atur dengan harapan jamaah atau orang-orang ini kalau sudah selesai tinggal makai ngak usah muter-muter lagi. Saya coba, saya juga tertawa sendiri. coba kira-kira kayak gimana nanti jadinya.
Entah santriku di sana ngobrol apa sama yang mengundang kami tadi. Saya tidak tau,pokoknya ya kayak di sembah-semabah pada ngomong sambil nunduk.. Ketahuannya, ketahuan itu tatkala itu di sebut waktu ngaji munggah di suruh naik panggung diem saja santriku tadi. Orang-orang pada binggug semua, karena sudah di sebut kok tidak berdiri-berdiri. Saya yang di teras tadi akhirnya naik. ketipu ngak semua orang? ketipu…
Itu hanya sebuah gambaran sebetulnya bila mana anda ini di dalam hati Masih ada hijab selain Allah. bisa bau wangi wujudnya tetapi tidak merasa. Tidak merasa kalau itu, kalau kita memusuhi Allah.
Oleh karena di aku-akukan itulah maka pertanggung jawaban itu akan muncul. Dengan pertanyaan, mengapa kalau sudah takdir ini kok ya dipertanggung jawabkan. Karena anda merasa ke akuan mu yang muncul melakukan, Ya ini gara-gara itu yang dipertanggung jawabkan.
Coba kalau anda ini duduknya di tajjali tidak mengakui kalau kelakuan ini kamu, walaupun maksiat. Wallahi tidak ada hisab. Karena anda sudah tidak ada..
Tapi jangan di simpulkan eh katanya Gus meskipun maksiat tidak apa-apa yang penting? ya aku pertanyakan pada waktu itu tajjali apa tahali. Jangan terus ngaku ngaku.. aku sudah tajjali meskipun nyelingkuhi istri orang ngak apa-apa, ya kesini dulu tak tinju dulu kamu itu. sembarangan aja..
Bapak ibu hadirin rohimakumullah.Jadi seperti itu buk, olehnya dipertanggung jawabkan diminta pertanggung jawaban walaupun takdir,Karena kita duduk di tahali.
SUMBER KAJIAN Ponpes Jaya Baru Pengasuh Gus mukhlason rosyid. Bimbingan tauhid menuju hakikat makrifat. Alamat: Jl. Perjuangan, Glonggongan, Sumbertebu, Kec. Bangsal, Mojokerto, Jawa Timur 61381, Indonesia | WEB : https://ponpesjayabaru.com/